Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) bersama Pemerintah Kabupaten Mimika, serta kalangan akademisi hingga masyarakat Kamoro berupaya mempercepat restorasi atau pemulihan ekosistem mangrove di muara Sungai Ajkwa, Mimika. Upaya tersebut masuk dalam program "Estuary Structure".
Upaya ini dikupas tuntas dalam talkshow Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Terbarukan atau LIKE 2 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. General Superintendent Reklamasi & Project, Environmental Division PT Freeport Indonesia Roberth Sarwom mengatakan program tersebut merupakan bentuk komitmen pihaknya dalam restorasi lingkungan.
"Degan melibatkan masyarakat Kamoro, Pemda Mimika, hingga kalangan Akademisi dari Universitas Papua, Universitas Diponegoro, Institut Pertanian Bogor, Institut Sains dan Teknologi Jakarta, kami berupaya mempercepat restorasi ekosistem mangrove di Muara Sungai Ajkwa," kata Roberth dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (11/8/2024).
Roberth mengatakan PTFI membangun Estuary Structure di muara Sungai Ajkwa untuk menangkap sedimentasi dari tailing atau pasir sisa tambang. Kemudian sisa pasir tambang tersebut dibentuk menjadi daratan yang ditanami kembali dengan mangrove.
PTFI berkomitmen melakukan revegetasi lahan terbentuk seluas 500 hektar per tahun. Dari tahun 2005 hingga saat ini PTFI telah menjalankan revegetasi seluas 953.59 hektare dan akan terus bertambah.
Estuary Structure melibatkan 24 kelompok masyarakat dari Suku Kamoro yang mendiami area dataran rendah Kabupaten Mimika. Pada akhir tahun 2022 hingga 2023, PTFI mempekerjakan 300 karyawan asli Suku Kamoro.
Adapun metode yang digunakan pada Estuary Structure adalah Struktur Geotab dan Struktur Bambu. Dia menjelaskan Struktur Geotab merupakan metode dengan cara memasukan tailing atau sedimen ke dalam wadah berbahan geomembran berukuran besar. Sedimen akan terendap dan tertinggal, sementara air sisa tailing dapat mengalir keluar melalui pori-pori wadah tersebut.
"Geotube kemudian dibentangkan sepanjang garis pantai yg berfungsi untuk menangkap dan menahan sedimen membentuk daratan stabil," imbuhnya.
Sementara itu, Struktur Bambu merupakan metode menangkap dan menahan sedimen menggunakan bambu yang disusun membentuk huruf "E" atau "T" sehingga sering disebut dengan E-Groin atau T-Groin. Bambu ditanam 200 cm ke dalam tanah dengan formasi berjejer seperti dua lapis deretan pagar. Di antara dua lapis tersebut diisi ranting pohon (debris) guna menahan endapan tailing. Hal ini akan menghasilkan endapan permanen yang akan membentuk
daratan stabil.
"Kami berharap Program Estuary Structure ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dan menciptakan domino efek yang positif, di mana restorasi ekosistem mangrove tidak hanya memulihkan fungsi lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat," jelasnya.
Sebagai informasi, Kementerian LHK menyelenggarakan Festival LIKE 2 pada 8-11 Agustus. Acara tersebut masuk dalam rangkaian acara menuju 29th Conference of the Parties of the United Nation Framework Convention on Climate Change(COP 29 UNFCCC) yang akan digelar pada 11--22 November 2024 di Baja, Azerbaijan. (das/das)