Jakarta -
Pemerintah telah menetapkan alokasi anggaran subsidi energi 2025. Fokus utama subsidi tahun depan tetap pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Total volume BBM bersubsidi 2025 mencapai 19,41 juta kiloliter (KL). Rinciannya, minyak tanah 0,52 juta KL dan minyak solar 18,89 juta KL. Sementara itu, untuk LPG 3 kg, pemerintah mengalokasikan volume 8,2 juta metrik ton.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa penetapan alokasi subsidi ini turun dibanding target tahun sebelumnya 19,58 juta KL. Penurunan ini lantaran rencana efisiensi penyaluran BBM Bersubsidi 2025 agar lebih tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harapannya jangan ada lagi mobil-mobil mewah memakai barang-barang subsidi," kata Bahlil dalam keterangan tertulis, Rabu (28/8/2024).
Lebih lanjut, pemerintah telah mengusulkan untuk mempertahankan besaran subsidi solar Rp 1.000 per liter pada 2025. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari kenaikan harga BBM.
Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan Rp 90,22 triliun untuk subsidi listrik 2025. Jumlah tersebut naik dari target 2024 sebesar Rp 73,24 triliun. Besaran itu mencakup sisa kurang bayar 2023 sebesar Rp 2,02 triliun.
"Kenaikan tersebut didorong oleh perkiraan kenaikan jumlah penerima subsidi listrik dari 40,89 juta pelanggan di tahun 2024 menjadi 42,08 juta di tahun 2025," jelasnya.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman menyampaikan pentingnya penargetan subsidi listrik yang lebih tepat sasaran. Dia menegaskan perlunya perbaikan data penerima subsidi agar tidak ada lagi masyarakat mampu yang menikmati subsidi, sehingga anggaran negara dapat digunakan secara lebih efektif.
"Kita harus fokus pada masyarakat di wilayah Indonesia Timur dan pedalaman Kalimantan yang memang sangat membutuhkan subsidi energi," ujarnya.
(ara/ara)