Jakarta -
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kerap memberikan dampak psikologis pada mereka yang mengalaminya karena terjadi secara tiba-tiba. Namun tidak bagi Mochammad Rizky Syarifudin (31), yang mampu membuktikan bisa bangkit dengan bisnis sendiri.
Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur itu mulai serius menggeluti bisnis pempek pada 2022 setelah terkena PHK gelombang kedua di perusahaan e-commerce ternama. Awalnya bisnis itu sudah dijalankan sebagai usaha sampingan sejak 2020 dengan sistem pre-order (PO).
"Saat itu istri saya sedang hamil anak pertama dan ngidam pengin pempek Palembang karena beliau asli orang Palembang. Jadi saya coba bantu sediakan dengan resep dari orang tua dan istri sendiri," kata Rizky saat menceritakan awal mula bisnis pempeknya kepada detikcom, Jumat (30/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mochammad Rizky Syarifudin. Foto: Dok Mochammad Rizky Syarifudin
Setelah mencoba 1-3 kali, akhirnya dirinya menemukan resep yang pas hingga saat ini jadi produk Pempek Sako. Produksi pun dimulai dari kecil-kecilan berdasarkan order orang-orang terdekat saja, dengan kemasan sederhana menggunakan mika plastik.
"Saat itu kami mulai mempromosikan masih by order atau PO sehingga kita bikinnya masih sederhana, pesanan 1-2 porsi kami bikinkan karena Pempek Sako ini sifatnya bisa disimpan atau frozen tahan 1-3 bulan," ucapnya.
Bisnis Pempek Sako pun semakin berkembang setelah mendapat review positif dari mulut ke mulut, promosi aktif di media sosial, hingga penawaran ke beberapa kafe. Dari penjualan itu terkumpul pundi-pundi rupiah hingga terbangun outlet pada Maret 2024.
"Jadi benar-benar mulai dari 0, made by order, PO, habis itu kita siapkan pesanan frozen, kita beli vacuum sealer yang sederhana sampai sekarang sudah punya outlet," beber Rizky.
Jika ditarik ke belakang, Rizky membeberkan modal awalnya hanya Rp 300 ribu untuk membeli bahan pempek. Siapa sangka dari modal kecil tersebut, bisa menghasilkan omzet yang terus meningkat mulai dari Rp 500 ribu/bulan, Rp 2 juta/bulan, hingga saat ini bisa sampai Rp 10 juta/bulan.
"Setelah punya outlet kita satu bulannya bisa Rp 9-10 juta, walaupun itu masih kotor tapi itu kami syukuri karena kami merintis dari nol. Modal nggak terlalu banyak jadi cuma 1 kg ikan sekitar Rp 100 ribu dan beberapa bahan kayak tepung tapioka, garam. Ya kalau dihitung sekitar Rp 300 ribu sudah sama gas dan lain-lain," ucapnya.
"Jadi modal terbesarnya sebetulnya bukan malah di uang, tapi mental bagaimana kita bisa menjualkan produk itu. Modal sedikit masih bisa jalan asal punya keinginan dan kemauan sama tekad untuk terus berjalan," tambahnya.
Kesuksesan Rizky dalam berbisnis Pempek Sako tentu tidak didapatkan secara instan. Ia menceritakan pada awal-awal sempat produksi banyak, namun gagal karena pempek yang dibuat belum seenak saat ini hingga akhirnya kerugian pun dialami.
"Hampir 2 kg pempek itu gagal karena dari bahan baku yang tidak fresh. Jadi awalnya saat itu 2020 kita belum menemukan supply bahan baku ikan yang fresh, yang enak, yang tenggiri banget," bebernya.
Mochammad Rizky Syarifudin. Foto: Dok Mochammad Rizky Syarifudin
Saat ini Rizky menjual beragam pempek seperti pempek lenjer, pempek selam mini, pempek crispy, pempek adaan, hingga pempek belah dengan harga Rp 3.000/pcs. Ada juga pempek selam besar Rp 12.000/pcs, sedangkan pempek mix isi 4, pempek lenjer besar dan pempek lenggang masing-masing Rp 10.000/pcs.
Mau coba atau tanya-tanya tentang sistem reseller? Info selengkapnya kunjungi Instagram resmi @pempek.sako. Selain di outlet Tulungagung, penjualan juga tersedia di aplikasi GrabFood.
(aid/rrd)