Jakarta -
Setiap umat beragama memiliki tempat ibadahnya masing-masing. Satu yang mungkin masih asing di masyarakat Indonesia adalah sinagoge, yakni tempat ibadah dari umat Yahudi.
Wacana akan didirikan sinagoge di kompleks Masjid Al Aqsa oleh Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir menimbulkan protes dari banyak kalangan, khususnya umat muslim internasional.
Apa sih sebenarnya sinagoge? Menurut Jewish Virtual Library, sinagoge adalah tempat beribadah umat yahudi sekaligus pusat belajar dan pendidikan, pekerjaan sosial dan amal, serta pusat sosial masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, ada beberapa istilah yang berbeda untuk menyebut rumah ibadah Yahudi. Misalnya dalam istilah Ibrani dikenal beit k'nesset atau rumah pertemuan, bagi kaum Ortodoks dan Chasidim menggunakan istilah "shul" yang berasal dari bahasa Yiddi. Sementara sinagoge berasal dari bahasa Jerman yang berarti sekolah dan digunakan oleh kaum Yahudi konservatif.
Fungsi sinagoge
Sinagoge adalah rumah doa bagi umat Yahudi. Di sana orang-orang Yahudi berkumpul untuk melakukan kebaktian dan doa bersama. Adapun orang-orang Yahudi dapat memenuhi kewajiban doa harian dengan berdoa di mana saja. Namun, ada doa-doa tertentu yang hanya dapat diucapkan di hadapan minyan (kuorum yang terdiri dari 10 orang pria dewasa).
Bagi tradisi Yahudi juga mengajarkan bahwa ada lebih banyak pahala dalam berdoa bersama kelompok dibandingkan berdoa sendirian.
Benda-benda ritual di Sinagoge
Sebagai rumah ibadah, terdapat pula benda-benda ritual di sinagoge. Salah satu yang paling penting bernama Tabut. Tabut adalah sebuah ceruk di dinding yang digunakan untuk menyimpan gulungan Taurat.
Tabut umumnya ditempatkan di bagian depan ruangan, yakni di sisi yang mengarah ke Yerusalem. Tabut memiliki pintu dan juga tirai bagian dalam yang disebut parokhet. Tirai itu adalah tiruan dari tirai yang ada di tempat suci Bait Allah.
Selama doa-doa tertentu, pintu dan/atau tirai Tabut dapat dibuka atau ditutup. Dan buka tutup tirai itu dilakukan oleh seorang jemaat yang dianggap sebagai suatu kehormatan.
Di depan dan sedikit di atas Tabut, ada ner tamid atau disebut Lampu Abadi. Lampu itu melambangkan perintah untuk menjaga agar lampu tetap menyala di Kemah Suci di luar tirai yang mengelilingi Tabut Perjanjian. Selain itu, ada juga menorah yakni tempat lilin di banyak sinagoge.
Di tengah ruangan atau bagian depan, ada alas yang disebut bimah. Gulungan Taurat diletakkan di atas bimah saat dibacakan. Bimah juga terkadang digunakan sebagai podium untuk memimpin kebaktian.
Peraturan berkunjung
Orang non-Yahudi dipersilahkan berkunjung ke sinagoge asalkan berperilaku dengan baik.
"Kami selalu menyambut orang non-Yahudi yang datang ke sinagoge karena keingintahuan yang tulus, ketertarikan pada kebaktian, atau sekadar bergabung dengan seorang teman untuk merayakan acara Yahudi," tulis Jewish Virtual Library.
Tamu harus hadir dengan pakaian yang rapi, formal, dan sopan, selayaknya pergi ke gereja atau masjid.
Sementara itu, bagi pria Yahudi, mereka harus mengenakan yarmulke (kopiah) yang juga tersedia di pintu masuk. Di beberapa sinagoge, wanita yang sudah menikah juga harus mengenakan penutup kepala.
(wkn/fem)