Jakarta -
Dewan Pandemic Fund merespons terkait merebaknya wabah cacar monyet atau Mpox yang telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pihaknya akan segera menggelar pertemuan untuk membahas cara terbaik guna mendukung pengendalian wabah tersebut.
Co-chairs Pandemic Fund Chatib Basri mengatakan pihaknya mendukung diterbitkannya rancangan Rencana Kesiapsiagaan dan Respons Strategis Global (SPRP) untuk Mpox yang diluncurkan oleh WHO pada 26 Agustus 2024. SPRP dinilai memberikan kerangka kerja yang kuat untuk kesiapsiagaan dan respons kesehatan masyarakat terhadap keadaan darurat Mpox.
"Dewan Pandemic Fund akan bertemu dalam beberapa hari mendatang untuk membahas cara terbaik untuk mendukung implementasi SPRP dan rencana regional yang relevan, melalui koordinasi yang erat dengan negara dan mitra, serta pemangku kepentingan, WHO dan entitas pelaksana lainnya," kata Chatib Basri dalam pernyataan resmi, dikutip Kamis (29/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Keuangan Indonesia periode 2013-2014 itu mengatakan lembaga Pandemic Fund akan mendukung prioritas nasional dan regional untuk memastikan kesiapan komprehensif dalam merespons kasus Mpox. Dia mengatakan upaya yang dilakukan oleh Pandemic Fund termasuk alokasi sumber daya, peningkatan koordinasi antar mitra, hingga efektivitas aliran pendanaan untuk mencapai ketahanan.
"Upaya kami akan difokuskan pada pengarahan keputusan alokasi sumber daya, peningkatan koordinasi antar mitra dan peningkatan koherensi, serta efektivitas di seluruh aliran pendanaan untuk mencapai ketahanan yang lebih besar dalam menghadapi ancaman kesehatan global," tuturnya.
Kehadiran Pandemic Fund didedikasikan untuk meningkatkan pembangunan kapasitas dan implementasi penanganan pandemi yang lahir karena adanya pandemi COVID-19 dan secara resmi diluncurkan di bawah Presidensi G20 Indonesia. Kehadirannya untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah agar lebih siap menghadapi pandemi lainnya di masa depan.
"Misi kami adalah memastikan bahwa negara-negara memiliki sistem pengawasan yang kuat untuk deteksi dini, laboratorium yang dapat dengan cepat meningkatkan pengujian, tenaga kesehatan yang sesuai dengan tujuan yang dapat dikerahkan dengan cepat, sistem komunikasi, hingga koordinasi dan manajemen darurat yang efektif," beber Chatib Basri.
Pandemic Fund telah memberikan pembiayaan penting ke negara yang paling membutuhkan. Melalui putaran pendanaan pertama yang diberikan tahun lalu, pihaknya mendukung 37 negara di berbagai wilayah geografis untuk membangun sistem kesehatan yang lebih kuat dan lebih tangguh yang mampu mencegah, mendeteksi dan menanggapi wabah secara efektif.
"Setiap dolar dana hibah yang dialokasikan mengkatalisasi tambahan US$ 6 dari mitra internasional dan domestik. Proyek-proyek ini tidak hanya menggalang koordinasi lintas sektor di dalam suatu negara, tetapi juga meningkatkan kolaborasi antara negara-negara dan organisasi internasional," ucapnya.
Dengan pendanaan putaran kedua yang akan diberikan pada Oktober 2024, Pandemic Fund mengaku siap untuk memperluas jangkauannya dan memperkuat dampaknya. Selain itu, kebijakan Pandemic Fund menawarkan fleksibilitas untuk mempercepat dukungan bagi penerima hibah dan untuk mengalokasikan kembali pendanaan dalam proyek-proyek.
"Yang memungkinkan negara-negara dan/atau badan-badan regional untuk beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan yang mendesak. Kami tetap berkomitmen untuk bekerja tanpa lelah dengan para mitra kami untuk memperkuat kemampuan kolektif kami, membangun dunia yang lebih aman dan lebih sehat untuk semua," pungkas Chatib Basri.
(aid/rrd)