Malang -
Museum HAM Munir diresmikan di Gedung B Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya (UB). Hal ini disebut perwujudan dukungan UB terhadap penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Museum HAM Munir diharapkan menjadi pusat kajian HAM dan pelestarian nilai kemanusiaan. Di dalamnya ada berbagai koleksi terkait perjuangan Munir.
Sejumlah dokumen penting seperti foto, juga artefak terkait dedikasi almarhum Munir atas penegakan HAM di museum itu diharapkan membuat publik bisa lebih memahami dan terinspirasi memperjuangkan HAM di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peresmian Museum HAM Munir ini adalah bentuk nyata dari dedikasi kami dalam menghormati dan melanjutkan perjuangan Munir dalam menegakkan keadilan dan hak asasi manusia di Indonesia," ujar Dekan Fakultas Hukum UB, Dr Aan Eko Widiarto kepada detikJatim, Jumat (30/8/2024).
"Kami berharap museum ini dapat menjadi pusat edukasi dan refleksi bagi seluruh masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya menjaga HAM," sambungnya.
Aan menambahkan, awalnya Museum Munir berada di Kota Batu dan di bawah naungan Yayasan Rumah Munir. Namun dalam perjalanannya, kolaborasi bersama Pemkot Batu tidak berjalan.
Karena itulah, Yayasan Rumah Munir mengambil langkah dengan menggandeng Fakultas Hukum UB untuk memindahkan museum dari Kota Batu ke Fakultas Hukum UB.
"Akhirnya terealisasi dengan adanya MoU Yayasan Rumah Munir dengan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya," beber Aan.
"Dan menjadi tindak lanjut, konten-konten museum Munir, mulai foto, alat peraga dipindahkan ke Fakultas Hukum dan museum sudah diresmikan," terangnya.
Menurut Aan, keberadaan museum Munir di Fakultas Hukum UB bisa menjadi wahana pendidikan perjuangan HAM, dengan ikon Munir yang kontennya akan diperluas lagi.
"Nanti bisa dikembangkan adanya artefak-artefak perjuangan HAM baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah. Untuk melengkapi wahana museum Munir sebagai wadah pendidikan perjuangan HAM," tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Sumber Daya Universitas Brawijaya Prof. Dr. Ali Safaat juga menyampaikan harapan agar mahasiswa dan masyarakat bisa memanfaatkan museum ini.
"Ini adalah langkah penting dalam menjaga memori tentang perjuangan Munir tetap hidup. Saya berharap museum ini tidak hanya menjadi tempat mengenang, tetapi juga menjadi inspirasi bagi semua untuk terus berjuang demi keadilan dan HAM di negeri ini," ungkap Prof Ali terpisah.
__________
Artikel ini telah tayang di detikJatim
(wkn/wkn)