Jakarta -
Berjualan bendera merah putih dan umbul-umbul khas HUT RI menjadi salah satu jenis usaha yang menjamur jelang 17 Agustus. Namun, bisnis mereka ternyata kini melesu dibanding tahun-tahun sebelumnya karena kesulitan bersaing dengan pedagang online.
Salah satu penjual yang merasakan hal tersebut adalah Ridho (25), pemuda asal Cirebon, Jawa Barat, ini mengatakan omzet dagangannya menurun jika dibandingkan tahun lalu.
Pada 2023 Ridho mengaku jumlah pembelinya bisa tembus sampai 30 orang sampai sehari, tapi sekarang paling banyak hanya 15 orang dalam sehari. Menurutnya, saat ini sangat susah untuk bisa mendapatkan omzet setidaknya Rp 1 juta sehari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehari ga sampe 20-an, kurang. Paling 10-15 orang. Dulu bisa 10-20 orang, dulu Rp 1 juta sampai, sekarang kurang. Sudah jualan sejak 2021," kata Ridho kepada detikcom di Pasar Pagi Asemka, Jakarta Barat, Selasa (13/8/2024).
Ridho pun menduga salah satu penyebab usahanya mulai jarang dikunjungi pembeli adalah karena banyak yang beralih membeli bendera dan umbul-umbul secara daring. Ia mengatakan hal serupa banyak diceritakan oleh pedagang bendera di kawasan tersebut.
"Tahun kemarin itu udah mulai merasa kurangnya, banyak pedagang yang cerita sekarang ramai jualan yang di online," jelasnya. Meskipun demikian, Ridho mengaku tidak tahu modal yang dikeluarkan oleh dagangan, ia mengaku hanya bekerja di tempat tersebut.
Hal serupa juga disampaikan oleh Misda (29), penjual bendera yang berasal dari Cirebon ini mengaku merasakan hal yang sama. Ia mengatakan saat ini kesulitan menjual sejumlah aksesoris HUT RI salah satunya kaos yang dijual dengan harga Rp 35 ribu.
"Paling mentok yang dibeli bendera kecil yang goceng-an (Rp 5.000), umbul-umbul, sama bendera. Kaos jarang yang beli," jelasnya.
Sejak berjualan berjualan pernak-pernik kemerdekaan 12 tahun silam, Misda mengaku sangat merasakan perbedaannya. Dulu, rata-rata pembeli bisa tembus di atas 40 orang dengan omzet belasan juta sehari. Namun kini, ia mengaku paling mentok hanya memperoleh Rp 3 juta saja.
"Dulu sehari bisa puluhan orang yang beli, tembus lah belasan juta sehari. Sekarang-sekarang mencari Rp 1-2 juta itu lama. Kadang nggak sampai Rp 1 juta. Paling banyak Rp 3 juta," ujar dia.
Berdasarkan kisah yang juga diperolehnya dari sesama pedagang bendera, Misda mengatakan jualan mereka melesu karena pedagang online. "Karena online katanya. Sama juga kayak di Jatinegara. Matinya karena online. Tahun lalu masih rame sekarang sepi sekali. Di online, kan, enak tinggal diantar," jelas dia.
(kil/kil)