Jakarta -
Ketika KH Abdurrahman Wahid menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-4 negara ini berada di tengah masa transisi politik dan ekonomi yang signifikan.
Dengan latar belakang reformasi yang masih segar, pemerintahan presiden yang lebih dikenal masyarakat sebagai Gus Dur ini membawa berbagai perubahan yang berdampak luas pada banyak sektor, termasuk pariwisata.
Konteks Sejarah dan Politik
Gus Dur naik ke tampuk kekuasaan setelah jatuhnya Orde Baru dan masa transisi panjang yang dipenuhi ketidakpastian politik dan ekonomi. Reformasi membawa angin segar bagi kebebasan dan demokrasi di Indonesia. Hal ini juga berpengaruh pada sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stabilitas politik yang mulai terbentuk serta semangat reformasi menjadi landasan kuat bagi pembangunan pariwisata yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Pada masa pemerintahan Gus Dur, program unggulan yang diusung adalah peningkatan promosi pariwisata Indonesia ke pasar internasional. Fokusnya adalah memperbaiki citra Indonesia yang sempat ternoda oleh krisis ekonomi dan kerusuhan politik.
Selain peningkatan promosi, di era Gus Dur juga membawa pendekatan yang lebih strategis dengan memperkenalkan konsep ekowisata dan pariwisata berbasis komunitas.
Beberapa program unggulannya adalah mendorong pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan fokus pada konservasi lingkungan dan pelibatan komunitas lokal.
Program ini melibatkan berbagai proyek di Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur dan daerah lain yang memiliki potensi alam luar biasa.
Program unggulan selanjutnya berfokus pada peningkatan kapasitas dan keterampilan para pekerja di sektor pariwisata melalui berbagai pelatihan dan pendidikan vokasional.
Diversifikasi produk pariwisata juga tidak luput menjadi perhatian di era Gus Dur, dengan memperkenalkan berbagai jenis wisata baru seperti wisata budaya, wisata religi, dan wisata petualangan. Hal ini bertujuan untuk menarik berbagai segmen wisatawan dengan minat yang berbeda-beda.
Pemerintahan Gus Dur juga mendorong pengembangan destinasi wisata budaya seperti Yogyakarta, Bali, dan Toraja, serta wisata religi di tempat-tempat bersejarah seperti Masjid Istiqlal di Jakarta dan Walisongo di Jawa.
Kebijakan ekowisata juga menjadi salah satu pilar penting di era Gus Dur. Dengan memanfaatkan keindahan alam dan keanekaragaman hayati Indonesia, program ekowisata bertujuan untuk menjaga kelestarian alam sembari meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Bunaken menjadi contoh sukses dari pengembangan destinasi ekowisata saat itu.
Era Gus Dur ditandai dengan berbagai capaian dalam sektor pariwisata, namun juga menghadapi sejumlah tantangan. Upaya dalam mengembangkan destinasi baru yang sebelumnya kurang dikenal, seperti Raja Ampat dan Wakatobi, memberikan dampak positif terhadap pariwisata nasional.
Meskipun sudah lebih stabil dibandingkan masa sebelumnya, beberapa daerah masih menghadapi konflik yang mempengaruhi citra pariwisata.
Negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia terus meningkatkan daya saing pariwisata mereka, menuntut Indonesia untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan pariwisata.
Era Gus Dur meninggalkan warisan yang kuat dalam sektor pariwisata. Pendekatannya yang inklusif dan fokus pada keberagaman budaya serta pelibatan komunitas lokal menjadi fondasi bagi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di masa-masa berikutnya.
Pengamat pariwisata, Taufan Rahmadi Foto: (dok. Istimewa)
Pariwisata di era Presiden Gus Dur mencerminkan semangat reformasi dan kebangkitan Indonesia dari masa krisis. Dengan kebijakan yang mendukung pariwisata berkelanjutan, promosi budaya, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemerintahan Gus Dur berhasil membangun fondasi yang kokoh bagi industri pariwisata Indonesia.
Dengan demikian, warisan Gus Dur dalam sektor pariwisata terlihat dari upaya membangun pariwisata yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berbasis komunitas. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dalam menyambut masa depan pariwisata Indonesia yang lebih cerah.
-------
Artikel ini ditulis Taufan Rahmadi, Pakar Strategi Pariwisata Nasional. Artikel merupakan kiriman pembaca detikcom dan tidak mencerminkan pandangan redaksi.
(wsw/wsw)