Jakarta -
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia (Menbud), Fadli Zon menerima kunjungan kehormatan dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Dominic Jeremy CVO OBE. Fadli Zon menyampaikan apresiasinya atas hubungan budaya yang telah terjalin antara negara Indonesia dan Inggris.
Ia mengatakan selama ini, Inggris telah menjadi mitra yang sangat berharga dalam bidang pendidikan, pertukaran budaya, penelitian, dan pelestarian warisan budaya.
"Saya juga merasakan pertemuan ini sebagai kesempatan yang berarti untuk menegaskan kembali komitmen bersama kita terhadap kerja sama budaya, terutama dalam memajukan dialog mengenai pelestarian warisan budaya melalui prinsip penghormatan dan keterlibatan yang berorientasi ke masa depan," ujar Fadli Zon dalam keterangannya, Kamis (22/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selaras dengan komitmen bersama terhadap pelestarian budaya, pada kesempatan ini Fadli Zon juga secara resmi mengulangi permintaan Indonesia untuk pemulangan artefak budaya dan sejarah yang saat ini berada di Inggris. Artefak pertama, yakni Prasasti Sangguran yang saat ini berada dalam kepemilikan keluarga Minto, tepatnya di Minto Estate di perbatasan Skotlandia.
Dalam hal ini, Kementerian Kebudayaan telah mengirimkan nota resmi ke Kementerian Luar Negeri pada 27 Maret 2025 untuk menyampaikan permohonan dukungan melalui jalur diplomatik kepada Pemerintah Inggris.
"Ini menunjukkan niat kami untuk menyampaikan permintaan ini secara terhormat, transparan, dan melalui jalur yang tepat," sambung Fadli Zon.
Selanjutnya, artefak kedua adalah Prasasti Sobhamerta, yang mencakup lempengan-lempengan kuno yang menurut para ahli arkeologi Indonesia sangat penting. Prasasti ini memuat catatan awal peradaban kuno Indonesia, termasuk dasar pemerintahan, hak atas tanah, kehidupan keagamaan, dan sistem hukum.
Pada pertemuan ini, keduanya juga membahas kerja sama dalam konteks sektor budaya, khususnya film. Fadli Zon menyatakan sangat terbuka terhadap kolaborasi bersama Inggris dalam dunia film.
"Kita butuh lebih banyak aktivitas atau program budaya yang memperkenalkan budaya Indonesia ke publik Inggris. Kita bisa membangun kolaborasi, melibatkan KBRI di London, dan juga jaringan diaspora Indonesia di sana, ujarnya.
Fadli Zon juga bercerita tentang kunjungannya di Festival Film Cannes. Ia mengatakan dirinya bertemu beberapa orang dari jaringan perfilman Inggris dan dirinya melihat betapa besarnya jejaring perfilman Inggris itu.
Saya berharap kita bisa menjalin kerja sama melalui film. Mungkin kita bisa bentuk kerja sama seperti produksi bersama atau semacamnya. Saat ini para sineas, sutradara, dan produser sangat antusias untuk menjalin kerja sama seperti ini," ujar Fadli Zon.
Fadli Zon melanjutkan, Indonesia dan Inggris bisa bekerja sama dalam membuat film dokumenter yang terkait dengan sejarah atau budaya.
"Itu bisa menjadi awal yang baik karena dokumenter biasanya lebih mudah dibanding film panjang. Mungkin tahun depan kita bisa menggabungkan dengan pelaku bisnis dari Indonesia dan Inggris," ujarnya.
Selain itu, Fadli Zon juga mengajak Inggris untuk berpartisipasi dalam JAFF (Jogja-NETPAC Asian Film Festival) yang diselenggarakan pada akhir November.
"Kami ingin mengundang lebih banyak negara untuk membangun ekosistem film. Ini sangat penting karena sekarang tren produksi bersama (co-production) sangat meningkat," ujarnya.
Pada pertemuan ini, Fadli Zon juga mengungkapkan bahwa Indonesia sedang membangun ekosistem untuk pertunjukan musikal. Ia menjelaskan saat ini baru ada beberapa musikal yang bisa bertahan lebih dari dua minggu, seperti Laskar Pelangi.
"Tapi sekarang generasi muda Indonesia sangat tertarik dengan musikal. Mereka ingin menciptakan lebih banyak produksi musikal di masa depan," jelasnya.
Melalui kesempatan ini, Fadli Zon ingin memperkuat hubungan budaya antara kedua negara. Dirinya berharap ke depan akan ada komunikasi dan koordinasi yang lebih terstruktur dan berkelanjutan dengan pihak-pihak terkait di Inggris, termasuk Departemen Kebudayaan, Media, dan Olahraga (DCMS) dan Sekretaris Negara yang membidanginya.
"Juga, lembaga-lembaga seperti British Library dan institusi warisan lainnya, termasuk keluarga Lord Minto dan Timothy Elliot-Murray-Kynynmound, yang dikenal sebagai penjaga prasasti Sangguran," ucapnya.
Selain itu, Fadli Zon juga berharap kedua negara ini bisa membentuk suatu kerangka kerja sama yang lebih luas untuk mendukung program-program di bidang kebudayaan, termasuk yang telah dilakukan se...