Legislator Sebut Kasus Kekerasan Naik Sering Dipicu Ketimpangan Ekonomi

15 hours ago 7
winjudi online winjudi slot online situs winjudi online winjudi Akun slot gacor online terkini Akun situs slot gacor online terkini Akun link slot gacor online terkini Akun demo slot gacor online terkini Akun rtp slot gacor online terkini Daftar slot gacor online Daftar situs slot gacor online Daftar link slot gacor online Daftar demo slot gacor online Daftar rtp slot gacor online Daftar slot gacor online terkini Daftar situs slot gacor online terkini Daftar link slot gacor online terkini Daftar demo slot gacor online terkini Daftar rtp slot gacor online terkini informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini winjudi online

Jakarta -

Kementerian PPPA mencatat adanya kenaikan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam kurun Januari-Juni 2025. Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Golkar, Atalia Praratya, mengatakan fenomena kekerasan terhadap perempuan dan anak itu harus menjadi atensi atau perhatian.

"Angka ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa perjuangan kita untuk menciptakan lingkungan yang aman dan setara bagi perempuan masih jauh dari kata usai. Setiap angka di dalamnya merepresentasikan kisah pilu, trauma, dan pelanggaran hak asasi manusia yang tidak bisa kita abaikan," ujar Atalia kepada wartawan, Selasa (1/7/2025).

Meski begitu, Atalia mengapresiasi kinerja KemenPPPA dalam mendata dan merilis persoalan tersebut. Namun dia meminta KemenPPPA dapat lebih komprehensif dan terkoordinasi dalam merespons persoalan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Data ini tidak hanya menunjukkan jumlah kasus, tetapi juga mengindikasikan adanya gunung es permasalahan yang lebih besar. Banyaknya kasus kekerasan, sayangnya, masih belum terungkap atau dilaporkan karena berbagai faktor, mulai dari rasa takut, stigma sosial, hingga minimnya akses terhadap keadilan," ujarnya.

Lebih lanjut, Atalia juga menilai perlunya Penguatan Sistem Pelaporan dan Penjangkauan dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan. Atalia menegaskan korban harus merasa aman saat melapor dan mendapatkan pendampingan yang dibutuhkan.

"Kekerasan adalah hasil dari pola pikir dan konstruksi sosial yang salah. Oleh karena itu, edukasi dan pencegahan harus dimulai sejak dini di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat," ujarnya.

"Kita harus mengajarkan kesetaraan gender, membangun budaya saling menghormati, dan menolak segala bentuk diskriminasi serta kekerasan," sambung Atalia.

Atalia menekankan pelaku kekerasan harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Menurut dia, penting untuk meningkatkan pemahaman dan sensitivitas aparat penegak hukum terhadap isu kekerasan.

"Kita tidak bisa berjalan sendiri. Tokoh agama, tokoh adat, organisasi masyarakat, mahasiswa dan komunitas punya peran vital dalam mengubah narasi dan mendukung korban. Mari kita bangun lingkungan yang suportif di mana korban berani bersuara dan mendapatkan dukungan penuh dari sekitar," paparnya.

Sebagai informasi, sejak Januari sampai 12 Juni 2025, telah terjadi 11.850 kasus. Sedangkan, berdasarkan data per 29 Juni, terdapat peningkatan menjadi 13.845 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Atalia menilai kekerasan terhadap perempuan kerap terjadi lantaran ketidakberdayaan ekonomi. Sebab itu, menurut dia, program pemberdayaan ekonomi perempuan dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kemandirian dan daya tawar.

"Kami akan terus mendorong pemerintah untuk mengalokasikan anggaran yang memadai, memperkuat regulasi yang ada, dan memastikan implementasi kebijakan yang efektif demi tercapainya Indonesia yang bebas dari kekerasan terhadap perempuan," ujarnya.

Lihat juga Video: Viral Anak 7 Tahun Dirantai di Leher oleh Ayah Kandung

(amw/jbr)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article